Rasanya
sangat-sangat terlambat buat nulis pengalama yang satu ini. Kejadiannya udah
sembilan bulan yang lalu tapi baru di post sekarang. Karena apa? Karena buku
cerita yang biasa gue isi tentang cerita-cerita seru gue itu sudah engga mampu
menampung. Jadi baru deh kepikiran, kenapa cerita-cerita seru gue ga gue share
aja, biasanya sih gue tuangin dalam bentuk cerpen dan berbagai karakter yang
sedikit belok. So, kali ini murni tentang gue yang gue.
Sebenernya
pendakian Gunung Guntur ini udah lama di rencanakan, dari H-14 kalo ga salah.
Tapi berhubung rekan-rekan gue sudah berkerja, jadi jadwalnya belum di
tentukan. Tanpa persiapan atau apapun pukul 1 siang tanggal 31 desember 2014
masuklah sms ajakan malam ini langsung OTW Garut dan besok pagi mulai
pendakian.
Shok?
Banget! Seneng? Banget! But, One thing,
gue belum pernah naik gunung sebelumnya. Dulu sempet ke gunung gede, tapi cuma
sampai danaunya dengan alasan engga ada persiapan dan yang terpenting
obat-obatan gue.
Setelah
beli logistik yang katanya untuk 4 hari, gue langsung browsing tentang gunung
Guntur itu. Tingginya 2.249mdpl, karena ini pendakian pertama, otomatis gue ga
tau tinggi segitu tuh seapa dan gue sanggup apa engga. Berbekal review dari
beberapa pendaki yang bilang katanya gunung ini engga terlalu tinggi, gue
membulatkan tekat.
Akhirnya
saat-saat mendebarkan pun tiba. Teng pukul 11 malam kita udah duduk bis menuju
Garut. Oh iya BTW gue naik ke sana bersama Kak Erwin yang adalah teman dari
sebuah organisasi remaja di daerah gue dan Kak Irwan yang adalah teman kerja
Kak Erwin yang gue belum kenal. Gue cewek sendiri? Iya! Dan gue baru tahu pas
kita udah jalan. Yang ada di otak kue tuh kita rame-rame, kesalahan gue karena
gue ga nanya dulu. Tapi ga masalah...
Akhirnya
kita merayakan malam tahun baru di dalam bus, Cuma bisa ngeliatin kembang api
yang bikin mata perih sama suaranya yang bisa tembus suara musik di headset
gue.
Singkat
cerita karena gue tidur di bis, jam 3 pagi tanggal 1 Januari 2015 gue
menginjakkan kaki di SPBU kaki gunung Guntur. Langsung naek? Engga lah! Kita
tidur, mandi, istiraha terus sarapan dan mulai Start menuju kaki gunung Guntur
jam 6 pagi.
Tau
garut kan? Dingin! Dan baru kali ini gue di Garut tapi ga kedinginan.
Menuju
kaki gunung Guntur harus melewati perkampungan warga, namanya tanjung kidul
yang sesekali dilintasi truk pengangkut pasir. Syukur-syukur mereka mau
numpangin, tapi kemarin kita ga dapet tumpangan karena kepagian. Kurang lebih
3km (kayanya) kita sampai di rumah pak RT yang mewajibkan kita daftar sebagai
pendaki dan juga meninggalkan KTP salah satu dari rombongan.juga engga lupa
sumbangan. Bagai manapun juga, warga-warga ini lah yang merawat gunung Guntur.
Bu RT juga memberi sebuah peta jalur menuju Puncak gunung Guntur dari berbagai
Jalur.
Setelah
itu kita langsung melanjutkan perjalanan menuju medan yang tandus berpasir. Ada
penambangan pasir dan truk-truk besar. Lalu kita akan dimanjakan dengan
ilalang-ilalang dan bukit-bukit yang memaksa kita untuk bekerja lebih ekstra
dari yang sebelumnya. Selain peta yang kita dapat, petunjuk jalur juga di
tunjukan dengan pipa putih yang di pasang untuk mengalirkan air. Yang berarti
kita menuju curug citiis.
otw puncak :) |
Setelah
pemandangan ilalang-ilalang tandus dan perbukitan, kaki kita akan semakin
dipaksa untuk mendaki lagi karena medan selanjutnya adalah bebatuan terjal.
Semakin keras suara air berarti kita semakin dekat dengan air terjun.
Kita
akan sampai di pos 1. Di sana kita banyak bertemu pendaki-pendaki yang sedang dalam
perjalanan turun setelah merayakan malam tahun baru di puncak. Oke. Kita telat
banget L.
Setelah
beristirahat beberapa menit dan mengisi ulang air, kita melanjutkan perjalanan.
Isi airnya engga usah terlalu banyak. Karena di pos 2 dan 3 masih bisa kembali
isi ulang.
Lanjut
perjalanan masih dengan bebatuan yang terjal dan licin karena hujan juga
berbagai pohon yang menutupi kita dari sinar mata hari. Sampai lah di pos dua
lalu tiga. Tentu prosesnya engga seinstan itu. Di tengah perjalanan tas gue
terpaksa di bawain sama kedua senior gue karena ga kuat, belum lagi kaki gue
yang rasanya udah kaya ager-ager yang kayanya memperlambat perjalanan para
senior gue. Maaf qaqa... L
Nah
di pos tiga ini ada Camp Volunteer yang menjual aksesoris, sebenernya gue
ngarep dia jual salon pas.
Di
pos tiga ini kita mulai membuka makan siang berhubung sudah jam 1. Di
keluarkanlah sebuah kompor dan nesting juga mie, telor, kopi dan minuman. Jujur.
Gue penasaran nasi yang di masak pake nesting itu hasilnya kaya apa. Dan
hasilnya ..... rasakan sendiri lah. No comment.
Tapi
makanan yang di makan saat perut benar-benar membutuhkannya itu rasanya enak
banget banget banget... padahal gue Cuma makan pop mie, tapi kaya yang gue baru
pertama kali makan.
Beres
makan, ngopi-ngopi unyu sambil foto-foto. Kita langsung cus menuju Final!
Kenapa final? Karena ngeliat treknya aja udah bikin gue mau pulang. Sebenernya
mah engga akan sampai 3 km lagi, tapi menanjak dan hampir 90°. Tapi, masa udah
naek setinggi ini mau turun lagi? Akhirnya. Dengan niat dan tekat seadanya, gue
melanjutkan perjalanan.
lagi usaha :D |
Di
dalam trek ini ada dua penolong. Pertama, ada ilalang-ilalang kering yang
akarnya kuat untuk pegangan. Kedua, ada beberapa pohon beringin yang bisa untuk
istirahat. Berhubung musim pancaroba, jadi trek ini benar-benar gersang. Pohon
yang tumbuh di trek ini cuma sekitar 5 pohon aja.
Kalo
dibilang mini mahameru kayanya cocok ya. Soalnya gue ngerasa kaya di film “5cm”
yang pendakian penuh debu terus merosot-merosot. Naik tiga langkah turun satu
langkah. Dan setiap sepuluh langkah gue istiraha. Kapan nyampenya?!?!?!?!
Gue
lupa siapa yang teriak, “jangan di pikirin, jalan aja” gue bukan lupa, tapi ga
tau. Karena dua senior gue yang baik hati itu udah jauh di atas tentu bersama
tas gue.
Jalan,
jalan, jalan dan akhirnya sampai di puncak pukul 3 sore kurang lebih. Gue
langsung di sambut oleh dua rombongan yang masih stay di puncak dari malam
tahun baru kemarin.
Jerrrrr....
pas banget sampai di puncak langsung turun hujan. Selesai bangun tenda kita
masak-masak buat makan. Dan tentu saja bersiap melihat sunset tanggal 1 januari
dari puncak guntur.
muka cape dan laper :) |
Dapet View Pelangi setelah gerimis (pelanginya kurang jelas tapi) |
pelangi :) |
my tired face hahaha |
petang indah di puncak Guntur |
Beauty night |
Setelah
beristirahat dan berfoto ria, kita tidur dan mempersiapkan stamina untuk turun
di esok hari. Kali ini harus di tekankan. DINGIN! So, untuk yang engga punya
sleeping bag diharapkan engga usah naik karena pasti akan kedinginan luar
biasa.
Kesekon
harinya gue sengaja bangun lebih awal (engga bisa tidur lebih tepatnya) karena
ingin melihat sunrise Ditemani Kehangatan kopi hanya bertahan kurang lebih
hanya sepuluh menit yang ternyata gagal karena kabut.
Rasanya
tenang. Mungkin kalo nulis di sana akan punya banyak inspirasi. Rasanya
benar-benar engga mau turun.
waitig for sunrise sekitar jam 4 |
Surga Awan |
Sunrise Mendung diselumuti Embun |
Sampai
kedua senior gue bangun dan membuat kopi. Mereka berdua jalan-jalan menuju
puncak kedua. Oh iya, gunung ini memiliki empat puncak, karena gue harus
ngumpulin tenaga buat turun, gue pilih jaga tenda sambil nyeruput kopi dingin
dan nyemil agar-agar yang bisa beku hanya dalam hitungan menit.
titipan dari puncak +20minutos.es |
Berhubung
gue satu-satunya cewek yang ada di puncak ini. Beberapa orang menghampiri gue
dan berdiskusi tentang kekumuhan di hadapan kami. Yap. Sampah-sampah sisa tahun
baru berserakan di sana-sini. Jejak para manusia yang melabelkan diri mereka
sebagai “pecinta alam” tapi banyak yang malah merusak keindahan alam itu
sendiri.
Next,
ternyata beberapa pendaki yang kemarin menyambut gue di puncak adalah orang
Depok yang berarti ga jauh dari rumah gue. Dan yang engga akan pernah lepas
dari ingatan gue adalah ekspresi dia waktu gue bilang ini adalah pendakian
pertama gue. Lucu! Untungnya gue bisa nahan ketawa. Dia langsung ngacungin dua
jempolnya buat gue sambil bilang “kalo di liat-liat, lu tuh engga ada tampang
pendaki. Lebih condong feminim. Tapi salut banget gue sama cewek-cewek yang
rela capek-capekan buat mendaki” dan gue pun tersipu malu.
edge of heaven :) |
backgroundnya gunung Papandaian |
sempet gabisa turun karena tiba-tiba embun dateng |
Selanjutnya.
Kita sarapan dan bersiap-siap untuk turun. Dan kali ini entah musibah atau
gunung ini engga mau gue tingga. Dari yang tadinya panas mentereng berubah
menjadi kabut di mana-mana. Yang berarti kita engga bisa turun. Rawan katanya.
So, kita baru di kasih kesempatan turun jam 10 lewat. Dengan cara apa? Kalo
kata kak Erwin kita pake cara sosorodotan! Yaitu perosotan daro puncak sampai
pos 3 ini yang paling menyenangkan!! Treknya sangat curam dan tentu engga ada
tangga. So, dari pada gue gelinding, lebih baik kita maen perosotan sambil
menikmati euforia masa kecil (masa kecil siapa yang maen perosotan di gunung?),
dengan bumbu-bumbu teriakan-teriakan kita. Juga mengorbanan (gue ngorbanin
sepatu kets converse “original” gue sampai sedikit ngelotok di pinggirnya dan
juga skinny jeans yang akhirnya robek) jangan coba-coba pake sepatu-sepatu KW
atau yang ga kuat karena bisa menyebabkan solnya copot hahaha....
call it "sosorodotan" |
Dengan
suara gue yang hampir habis karena teriak-teriak, akhirnya kita sampai di pos
tiga. Jauh lebih cepat dari saat pendakian kemarin, hanya sekitar satu jam kita
sudah bisa duduk manis sambil mengistirahatkan dengkul dan tentu saja pita
suara.
korban sosorodotan dari puncak sampai pos 3 |
Dan
kali ini benar-benar dapat di simpulkan, Guntur engga mau gue tinggalin. Kali
ini hujan. Dan langsung deras. Terpaksa kita buka tenda dan kemping lagi karena
trek licin sisa hujan pasti bahaya banget. Dengan makanan seadanya (sebenarnya
kita masih punya banyak, tapi kebaikan kak Erwin untuk memberikan “niatnya sih
sebagian tapi malah semuanya” makanan kami ke pendaki yang masih stay di sana
dan yang tersisa hanya beberapa mie yang gue selamatkan, beras, saos, susu,
kopi dan biskuit-biskutan.
Skip
kita langsung istirahat ditemani hujan gerimis yang bikin gue semakin meringis.
Dingin!!
Keesokan harinya kita langsung turun setelah sarapan. Untuk turun tentu terasa lebih cepat daripada pendakian kemarin. Dengan modal perut yang Cuma di ganjel mie satu bertiga, akhirnya kita sampai di kaki gunung hanya dengan waktu empat jam saja. Dari kaki gunung kita harus berjalan lagi menuju pom bensin di pinggir jalan. Dan mengisi perut dengan nasi padang di sana.
Keesokan harinya kita langsung turun setelah sarapan. Untuk turun tentu terasa lebih cepat daripada pendakian kemarin. Dengan modal perut yang Cuma di ganjel mie satu bertiga, akhirnya kita sampai di kaki gunung hanya dengan waktu empat jam saja. Dari kaki gunung kita harus berjalan lagi menuju pom bensin di pinggir jalan. Dan mengisi perut dengan nasi padang di sana.
Alham
dulillah selamat sampai tujuan dan kembali ke rumah.
Pengalaman
yang di dapat:
Tentu
kekaguman luar biasa atas ciptaan tuhan di sekitar kita. Ini baru satu gunung,
di indonesia gunung banyak banget dan engga tau harus takjub kaya gimana.
Indah, cantik, mengagumpan, pokoknya engga ada kata yang cukup untuk
menggambarkan alam Indonesia
Tips:
Ini
saran yang sangat amat penting, pastikan badan kamu lagi benar-benar fit! Engga
sakit apapun walau hanya sekedar flu atau batuk. Karena nanti akan sangat
mengganggun dan pasti akan semaikn parah.
Dan
pastinya larangan keras untuk para penderita asma, kecualin udah engga pernah
kambuh lebih dari satu tahun.(pembelaan diri)
Lalu,
jangan segan-segan untuk beristirahat kalo engga kuat. Daripada pingsan, lebih
baik istirahat dan minum sebentar. Oh iya, hindari mengajak teman yang egois,
yang mau cepat sampai puncak tapi engga peduli dengan rekannya yang lain.
Usahakan satu rombongan minimal 3-4 orang untuk memperkecil kemungkinan hilang
(kata bu RT di sana).
Jaga
barang bawaan dengan baik. Sudah bukan rahasia lagi gunung Guntur rawan
kehilangan. Jadi, jangan bawa benda-benda berharga dan tentu saja jaga barang
bawaan tetap aman. Dan lagi! Jangan tinggalkan tenda tanpa ada penjaagaan.
Jangan
menggunakan pakaian yang ketat karena membuat tubuh sulit bergerak dan cepat
lelah. Kalo bisa pake kaos oblong dan celana training bisa leluasa bergerak.
Dalam pendakian juga jangan menggunakan jaket, akan terasa lebih cepat lelah.
Gunakan jaket saat sudah sampai di puncak.
Oh
iya, di puncak engga ada air. So, di pos tiga harus ambil air untuk persediaan
di atas. Dan jangan lupa, sampahnya kembali di bawa turun ya.
Untuk
barang bawaan yang wajib banget di bawa:
1. Jaket
tebal
2. Sepatu
yang kuat dan tahan banting juga sendal
3. Kaos
kaki dan sarung tangan minimal 3 pasang. Engga perlu sarung tangan yang mahal,
yang penting bisa melindungi tangan kamu dari bebatuan, tanah dan juga duri-duri
pohon.
4. Sleeping
bag
5. Topi
atau penutup kepala untuk melindungi kepala dari sinar matahari
6. Nesting,
piring, sendok, gelas dan kompor yang tentu saja dari stenles dan juga enteng
7. Tenda
yang cukup untuk rombonganmu
8. Matras
9. Syal
buat yang engga bisa kena dingin
10. Makanan
dan minuman yang mencukupi
11. Tisu
kering dan basah, juga cairan anti septik untuk mencuci tangan sebelum makan
12. Pelastik
besar untuk membawa sampah turun
13. Baju
ganti pasti
14. Head
lamp dan senter
15. Dan
tentu saja alat pengabadi moment, camera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar