Senin, 28 September 2015

Pendakian Gunung Guntur (2.249mdpl) - Garut, Jawa Barat





Rasanya sangat-sangat terlambat buat nulis pengalama yang satu ini. Kejadiannya udah sembilan bulan yang lalu tapi baru di post sekarang. Karena apa? Karena buku cerita yang biasa gue isi tentang cerita-cerita seru gue itu sudah engga mampu menampung. Jadi baru deh kepikiran, kenapa cerita-cerita seru gue ga gue share aja, biasanya sih gue tuangin dalam bentuk cerpen dan berbagai karakter yang sedikit belok. So, kali ini murni tentang gue yang gue.

Sebenernya pendakian Gunung Guntur ini udah lama di rencanakan, dari H-14 kalo ga salah. Tapi berhubung rekan-rekan gue sudah berkerja, jadi jadwalnya belum di tentukan. Tanpa persiapan atau apapun pukul 1 siang tanggal 31 desember 2014 masuklah sms ajakan malam ini langsung OTW Garut dan besok pagi mulai pendakian.
Shok? Banget! Seneng? Banget! But, One thing, gue belum pernah naik gunung sebelumnya. Dulu sempet ke gunung gede, tapi cuma sampai danaunya dengan alasan engga ada persiapan dan yang terpenting obat-obatan gue.
Setelah beli logistik yang katanya untuk 4 hari, gue langsung browsing tentang gunung Guntur itu. Tingginya 2.249mdpl, karena ini pendakian pertama, otomatis gue ga tau tinggi segitu tuh seapa dan gue sanggup apa engga. Berbekal review dari beberapa pendaki yang bilang katanya gunung ini engga terlalu tinggi, gue membulatkan tekat.

Akhirnya saat-saat mendebarkan pun tiba. Teng pukul 11 malam kita udah duduk bis menuju Garut. Oh iya BTW gue naik ke sana bersama Kak Erwin yang adalah teman dari sebuah organisasi remaja di daerah gue dan Kak Irwan yang adalah teman kerja Kak Erwin yang gue belum kenal. Gue cewek sendiri? Iya! Dan gue baru tahu pas kita udah jalan. Yang ada di otak kue tuh kita rame-rame, kesalahan gue karena gue ga nanya dulu. Tapi ga masalah...
Akhirnya kita merayakan malam tahun baru di dalam bus, Cuma bisa ngeliatin kembang api yang bikin mata perih sama suaranya yang bisa tembus suara musik di headset gue.
Singkat cerita karena gue tidur di bis, jam 3 pagi tanggal 1 Januari 2015 gue menginjakkan kaki di SPBU kaki gunung Guntur. Langsung naek? Engga lah! Kita tidur, mandi, istiraha terus sarapan dan mulai Start menuju kaki gunung Guntur jam 6 pagi.
Tau garut kan? Dingin! Dan baru kali ini gue di Garut tapi ga kedinginan.
Menuju kaki gunung Guntur harus melewati perkampungan warga, namanya tanjung kidul yang sesekali dilintasi truk pengangkut pasir. Syukur-syukur mereka mau numpangin, tapi kemarin kita ga dapet tumpangan karena kepagian. Kurang lebih 3km (kayanya) kita sampai di rumah pak RT yang mewajibkan kita daftar sebagai pendaki dan juga meninggalkan KTP salah satu dari rombongan.juga engga lupa sumbangan. Bagai manapun juga, warga-warga ini lah yang merawat gunung Guntur. Bu RT juga memberi sebuah peta jalur menuju Puncak gunung Guntur dari berbagai Jalur.

Setelah itu kita langsung melanjutkan perjalanan menuju medan yang tandus berpasir. Ada penambangan pasir dan truk-truk besar. Lalu kita akan dimanjakan dengan ilalang-ilalang dan bukit-bukit yang memaksa kita untuk bekerja lebih ekstra dari yang sebelumnya. Selain peta yang kita dapat, petunjuk jalur juga di tunjukan dengan pipa putih yang di pasang untuk mengalirkan air. Yang berarti kita menuju curug citiis.
otw puncak :)
Setelah pemandangan ilalang-ilalang tandus dan perbukitan, kaki kita akan semakin dipaksa untuk mendaki lagi karena medan selanjutnya adalah bebatuan terjal. Semakin keras suara air berarti kita semakin dekat dengan air terjun.
Kita akan sampai di pos 1. Di sana kita banyak bertemu pendaki-pendaki yang sedang dalam perjalanan turun setelah merayakan malam tahun baru di puncak. Oke. Kita telat banget L.
Setelah beristirahat beberapa menit dan mengisi ulang air, kita melanjutkan perjalanan. Isi airnya engga usah terlalu banyak. Karena di pos 2 dan 3 masih bisa kembali isi ulang.



Lanjut perjalanan masih dengan bebatuan yang terjal dan licin karena hujan juga berbagai pohon yang menutupi kita dari sinar mata hari. Sampai lah di pos dua lalu tiga. Tentu prosesnya engga seinstan itu. Di tengah perjalanan tas gue terpaksa di bawain sama kedua senior gue karena ga kuat, belum lagi kaki gue yang rasanya udah kaya ager-ager yang kayanya memperlambat perjalanan para senior gue. Maaf qaqa... L
Nah di pos tiga ini ada Camp Volunteer yang menjual aksesoris, sebenernya gue ngarep dia jual salon pas.
Di pos tiga ini kita mulai membuka makan siang berhubung sudah jam 1. Di keluarkanlah sebuah kompor dan nesting juga mie, telor, kopi dan minuman. Jujur. Gue penasaran nasi yang di masak pake nesting itu hasilnya kaya apa. Dan hasilnya ..... rasakan sendiri lah. No comment.
Tapi makanan yang di makan saat perut benar-benar membutuhkannya itu rasanya enak banget banget banget... padahal gue Cuma makan pop mie, tapi kaya yang gue baru pertama kali makan.
Beres makan, ngopi-ngopi unyu sambil foto-foto. Kita langsung cus menuju Final! Kenapa final? Karena ngeliat treknya aja udah bikin gue mau pulang. Sebenernya mah engga akan sampai 3 km lagi, tapi menanjak dan hampir 90°. Tapi, masa udah naek setinggi ini mau turun lagi? Akhirnya. Dengan niat dan tekat seadanya, gue melanjutkan perjalanan.

lagi usaha :D
Awalnya biasa aja, tapi lama-lama gemeteran. Bukan Cuma karna cape tapi curam. Kalo gue gelinding mungkin bisa langsung sampe Depok. Hahaha... becanda. Gue emang takut tinggi (takut tinggi ngapain naik gunung?).
Di dalam trek ini ada dua penolong. Pertama, ada ilalang-ilalang kering yang akarnya kuat untuk pegangan. Kedua, ada beberapa pohon beringin yang bisa untuk istirahat. Berhubung musim pancaroba, jadi trek ini benar-benar gersang. Pohon yang tumbuh di trek ini cuma sekitar 5 pohon aja.
Kalo dibilang mini mahameru kayanya cocok ya. Soalnya gue ngerasa kaya di film “5cm” yang pendakian penuh debu terus merosot-merosot. Naik tiga langkah turun satu langkah. Dan setiap sepuluh langkah gue istiraha. Kapan nyampenya?!?!?!?!
Gue lupa siapa yang teriak, “jangan di pikirin, jalan aja” gue bukan lupa, tapi ga tau. Karena dua senior gue yang baik hati itu udah jauh di atas tentu bersama tas gue.
Jalan, jalan, jalan dan akhirnya sampai di puncak pukul 3 sore kurang lebih. Gue langsung di sambut oleh dua rombongan yang masih stay di puncak dari malam tahun baru kemarin.
Jerrrrr.... pas banget sampai di puncak langsung turun hujan. Selesai bangun tenda kita masak-masak buat makan. Dan tentu saja bersiap melihat sunset tanggal 1 januari dari puncak guntur.
muka cape dan laper :)

Dapet View Pelangi setelah gerimis (pelanginya kurang jelas tapi)

pelangi :)

my tired face hahaha
petang indah di puncak Guntur
Beauty night

Setelah beristirahat dan berfoto ria, kita tidur dan mempersiapkan stamina untuk turun di esok hari. Kali ini harus di tekankan. DINGIN! So, untuk yang engga punya sleeping bag diharapkan engga usah naik karena pasti akan kedinginan luar biasa.
Kesekon harinya gue sengaja bangun lebih awal (engga bisa tidur lebih tepatnya) karena ingin melihat sunrise Ditemani Kehangatan kopi hanya bertahan kurang lebih hanya sepuluh menit yang ternyata gagal karena kabut.

Rasanya tenang. Mungkin kalo nulis di sana akan punya banyak inspirasi. Rasanya benar-benar engga mau turun.

waitig for sunrise sekitar jam 4
Surga Awan
Sunrise Mendung diselumuti Embun

Sampai kedua senior gue bangun dan membuat kopi. Mereka berdua jalan-jalan menuju puncak kedua. Oh iya, gunung ini memiliki empat puncak, karena gue harus ngumpulin tenaga buat turun, gue pilih jaga tenda sambil nyeruput kopi dingin dan nyemil agar-agar yang bisa beku hanya dalam hitungan menit.
titipan dari puncak +20minutos.es 

Berhubung gue satu-satunya cewek yang ada di puncak ini. Beberapa orang menghampiri gue dan berdiskusi tentang kekumuhan di hadapan kami. Yap. Sampah-sampah sisa tahun baru berserakan di sana-sini. Jejak para manusia yang melabelkan diri mereka sebagai “pecinta alam” tapi banyak yang malah merusak keindahan alam itu sendiri.
Next, ternyata beberapa pendaki yang kemarin menyambut gue di puncak adalah orang Depok yang berarti ga jauh dari rumah gue. Dan yang engga akan pernah lepas dari ingatan gue adalah ekspresi dia waktu gue bilang ini adalah pendakian pertama gue. Lucu! Untungnya gue bisa nahan ketawa. Dia langsung ngacungin dua jempolnya buat gue sambil bilang “kalo di liat-liat, lu tuh engga ada tampang pendaki. Lebih condong feminim. Tapi salut banget gue sama cewek-cewek yang rela capek-capekan buat mendaki” dan gue pun tersipu malu.
edge of heaven :)


backgroundnya gunung Papandaian
sempet gabisa turun karena tiba-tiba embun dateng

Selanjutnya. Kita sarapan dan bersiap-siap untuk turun. Dan kali ini entah musibah atau gunung ini engga mau gue tingga. Dari yang tadinya panas mentereng berubah menjadi kabut di mana-mana. Yang berarti kita engga bisa turun. Rawan katanya. So, kita baru di kasih kesempatan turun jam 10 lewat. Dengan cara apa? Kalo kata kak Erwin kita pake cara sosorodotan! Yaitu perosotan daro puncak sampai pos 3 ini yang paling menyenangkan!! Treknya sangat curam dan tentu engga ada tangga. So, dari pada gue gelinding, lebih baik kita maen perosotan sambil menikmati euforia masa kecil (masa kecil siapa yang maen perosotan di gunung?), dengan bumbu-bumbu teriakan-teriakan kita. Juga mengorbanan (gue ngorbanin sepatu kets converse “original” gue sampai sedikit ngelotok di pinggirnya dan juga skinny jeans yang akhirnya robek) jangan coba-coba pake sepatu-sepatu KW atau yang ga kuat karena bisa menyebabkan solnya copot hahaha....

call it "sosorodotan"

Dengan suara gue yang hampir habis karena teriak-teriak, akhirnya kita sampai di pos tiga. Jauh lebih cepat dari saat pendakian kemarin, hanya sekitar satu jam kita sudah bisa duduk manis sambil mengistirahatkan dengkul dan tentu saja pita suara.

korban sosorodotan dari puncak sampai pos 3
Dan kali ini benar-benar dapat di simpulkan, Guntur engga mau gue tinggalin. Kali ini hujan. Dan langsung deras. Terpaksa kita buka tenda dan kemping lagi karena trek licin sisa hujan pasti bahaya banget. Dengan makanan seadanya (sebenarnya kita masih punya banyak, tapi kebaikan kak Erwin untuk memberikan “niatnya sih sebagian tapi malah semuanya” makanan kami ke pendaki yang masih stay di sana dan yang tersisa hanya beberapa mie yang gue selamatkan, beras, saos, susu, kopi dan biskuit-biskutan.



Skip kita langsung istirahat ditemani hujan gerimis yang bikin gue semakin meringis. Dingin!!
Keesokan harinya kita langsung turun setelah sarapan. Untuk turun tentu terasa lebih cepat daripada pendakian kemarin. Dengan modal perut yang Cuma di ganjel mie satu bertiga, akhirnya kita sampai di kaki gunung hanya dengan waktu empat jam saja. Dari kaki gunung kita harus berjalan lagi menuju pom bensin di pinggir jalan. Dan mengisi perut dengan nasi padang di sana.
Alham dulillah selamat sampai tujuan dan kembali ke rumah.

Pengalaman yang di dapat:
Tentu kekaguman luar biasa atas ciptaan tuhan di sekitar kita. Ini baru satu gunung, di indonesia gunung banyak banget dan engga tau harus takjub kaya gimana. Indah, cantik, mengagumpan, pokoknya engga ada kata yang cukup untuk menggambarkan alam Indonesia

Tips:
Ini saran yang sangat amat penting, pastikan badan kamu lagi benar-benar fit! Engga sakit apapun walau hanya sekedar flu atau batuk. Karena nanti akan sangat mengganggun dan pasti akan semaikn parah.
Dan pastinya larangan keras untuk para penderita asma, kecualin udah engga pernah kambuh lebih dari satu tahun.(pembelaan diri)
Lalu, jangan segan-segan untuk beristirahat kalo engga kuat. Daripada pingsan, lebih baik istirahat dan minum sebentar. Oh iya, hindari mengajak teman yang egois, yang mau cepat sampai puncak tapi engga peduli dengan rekannya yang lain. Usahakan satu rombongan minimal 3-4 orang untuk memperkecil kemungkinan hilang (kata bu RT di sana).
Jaga barang bawaan dengan baik. Sudah bukan rahasia lagi gunung Guntur rawan kehilangan. Jadi, jangan bawa benda-benda berharga dan tentu saja jaga barang bawaan tetap aman. Dan lagi! Jangan tinggalkan tenda tanpa ada penjaagaan.
Jangan menggunakan pakaian yang ketat karena membuat tubuh sulit bergerak dan cepat lelah. Kalo bisa pake kaos oblong dan celana training bisa leluasa bergerak. Dalam pendakian juga jangan menggunakan jaket, akan terasa lebih cepat lelah. Gunakan jaket saat sudah sampai di puncak.
Oh iya, di puncak engga ada air. So, di pos tiga harus ambil air untuk persediaan di atas. Dan jangan lupa, sampahnya kembali di bawa turun ya.
Untuk barang bawaan yang wajib banget di bawa:
1.      Jaket tebal
2.      Sepatu yang kuat dan tahan banting juga sendal
3.      Kaos kaki dan sarung tangan minimal 3 pasang. Engga perlu sarung tangan yang mahal, yang penting bisa melindungi tangan kamu dari bebatuan, tanah dan juga duri-duri pohon.
4.      Sleeping bag
5.      Topi atau penutup kepala untuk melindungi kepala dari sinar matahari
6.      Nesting, piring, sendok, gelas dan kompor yang tentu saja dari stenles dan juga enteng
7.      Tenda yang cukup untuk rombonganmu
8.      Matras
9.      Syal buat yang engga bisa kena dingin
10.  Makanan dan minuman yang mencukupi
11.  Tisu kering dan basah, juga cairan anti septik untuk mencuci tangan sebelum makan
12.  Pelastik besar untuk membawa sampah turun
13.  Baju ganti pasti
14.  Head lamp dan senter
15.  Dan tentu saja alat pengabadi moment, camera

Tidak ada komentar:

Posting Komentar